Selasa, 18 Agustus 2009

Freeware , Open Source

Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi dan Tata Ruang
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong
Telp. 021-87901254 Fax. 021-87901254
email: famhar @telkom.net


Freeware vs Proprietary Ware
Sementara itu, freeware adalah software yang oleh
pemilik / pembuatnya, dinyatakan sebagai software
gratis, lepas dari soal apakah source-code-nya
terbuka (OpenSource) atau tertutup (Closed Source).
Karena itu lawan dari freeware adalah proprietary
software (software yang harus beli).
Jadi bisa saja, sebuah software yang diedarkan
secara gratis, langsung ataupun via internet, namun
dia Closed Source, atau sebaliknya software Open
Source tapi tidak gratis. Karena itu perlu dicermati
jenis lisensi di tiap software Open Source, yang
disinyalir mencapi 60 jenis.
Kalau tema besar kali ini adalah Open Source, maka
semua software yang ditunjukkan di forum ini
seharusnya ada Source-Codenya, walaupun harus
kita sadari bahwa source bisa pula beranekaragama
(C, Fortran, VB, Perl, …) dan belum tentu tersedia
compilernya untuk jenis sistem operasi yang kita
miliki. Namun sama-sama diketahui, bahwa itu
bukan problem utamanya.
Problem utamanya adalah keinginan mendapatkan
software yang murah atau bahkan gratis, namun
memenuhi kebutuhan pengguna semuanya.
Khusus dalam forum ini yang diinginkan adalah
software murah dan open source dalam bidang
Remote Sensing dan GIS.


Sumber Software Open Source

Internet adalah “bursa” software murah, free atau
open source. Dengan memasukkan kata kunci
seperti “GIS open source” atau “GIS freeware” ke
mesin pencari seperti www.google.com akan didapat
listing yang sangat panjang pada ratusan jenis
software yang terkait Remote Sensing, GIS atau
pemetaan digital. Situs lain yang terkenal dengan
aneka software GIS adalah www.geocomm.com.
Sebagian software tersedia secara public domain
(free) dan open source, sebagian yang lain hanya
free pada binaries saja, dan sebagian lagi adalah
shareware – yakni software yang boleh dicoba dulu
secara gratis hingga waktu tertentu atau untuk data
tertentu, namun kemudian untuk pemakaian tak
terbatas pengguna harus mentransfer sejumlah uang
ke pembuatnya.
Sumber yang lain adalah forum-forum ilmiah yang
terkait dengan Computer Assisted Teaching (CAT), di
mana biasanya ada semacam bursa software untuk
pendidikan yang tersedia gratis, bahkan sebagian
beserta sourcenya. Salah satu forum ini adalah
Technical Comission VI dari International Society for
Photogrammetry & Remote Sensing (ISPRS). Pada
acara kontes software pendidikan (CATCon) selama
ISPRS Congress di Istanbul Juli 2004 lalu, penulis
mendapatkan beberapa software seperti ini.

Gambaran Beberapa Software

Murah & Open Source

Pada tulisan ini diketengahkan empat jenis software:
yang pertama adalah Grass, kedua adalah Idrisi –
software non profit yang juga sangat terkenal sejak
awal 1990-an dan mirip Grass. Kemudian PostGIS
yang berbasis database PostgreSql (ini semacam
competitor untuk Oracle Spatial), dan terakhir adalah
Paramiti – ini software remote sensing dari India
yang memenangkan Bronze Medal di Catcon ISPRS
Istanbul 2004, dan terakhir


Open Source vs Closed Source
Setiap kita bicara Open Source, sering dalam benak
kita adalah software gratis (freeware). Hal ini tidak
seluruhnya tepat. Lawan dari Open Source bukanlah
Freeware, tetapi “Closed Source”.
Software Open Source adalah software dengan kode
program (source-code) terbuka, atau bisa dibaca,
sehingga berpeluang diadaptasi, dimodifikasi dan
dikompilasi ulang. Ada juga sebenarnya software
Open Source yang mesti bayar (tidak gratis). Namun
meski membayar – bahkan bisa jadi lebih mahal -
pengguna tetap diuntungkan karena punya akses
langsung terhadap mekanisme kerja software,
sehingga bisa melakukan adaptasi software di masa
mendatang, bila ada hardware, sistem operasi atau
format data yang berbeda.
Kita harus ingat bahwa membeli software tidak sama
dengan membeli VCD atau membeli pesawat TV.
Software perlu dirawat, dibuang bugs (kesalahan)-
nya, disesuaikan dengan kebutuhan, dsb. Karena itu
untuk mendapatkan software yang baik tidak cukup
adanya suatu perusahaan software atau beberapa
orang programmer, tapi sinergi para ahli berbagai
disiplin ilmu – hampir mirip dengan membangun
sebuah gedung bertingkat. Dan karena itu
hubungan antara para pencipta dan para pengguna
software lebih mirip hubungan “perkawinan” –
artinya hubungan jangka panjang yang didasari
dengan saling terbuka dan memberi.
Di sinilah, software open source tampak lebih fair,
karena pengguna dapat terus memanfaatkan dan
mengadaptasi software itu, sekalipun programmer
atau perusahaan softwarenya sudah tiada. Dalam
zaman ICT yang super cepat ini, betapa banyak
vendor software yang gulung tikar karena para
programmernya pindah ke perusahaan lain (kasus
Sysdeco dengan ESRI, Ashton Tate dengan Borland).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar